Senin, 27 Juni 2011

Laporan Praktikum Taksonomi Tumbuhan Acara 2

BAB I
METODE PENELITIAN

A.            Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tumbuhan pinus (Pinus merkusii), talas (Colocasia escucentum), babadotan (Ageratum conyzoides) dan mangga (Mangifera Indica). Sedangkan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas dan alat tulis (pensil, bolpoint, penghapus dan penggaris).
B.            Cara Kerja
1.             Timbuhan diamati secara seksama.
2.             Tumbuhan digambar pada kertas yang telah disediakan.
3.             Tumbuhan diidentifikasi family, nama latin, nama daerah dan ciri-cirinya, lalu ditulis disamping gambar.














BAB II
PEMBAHASAN

A.     DESKRIPSI ANGIOSPERMAE ( TUMBUHAN BIJI TERTUTUP )

Berlainan dengan kelompok – kelompok tumbuhan yang sampai sekarang telah dibicarakan pada tumbuhan biji tertutup itu bakal bijinya selalu diselubungi oleh suatu badan yang berasal dari daun – daun buah yang dinamakan bakal buah, yang kemudian kadang – kadang beserta bagian lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang tersembunyi itu serbuk sari tidak dapat secara langsung sampai pada bakal biji, melainkan mula – mula jatuh di luar bakal buah, pada suatu alat (organ) yang disebut kepala putik yang biasanya dengan bakal buah bersambungan dengan tangkai kepala putik. Bakal buah, tangkai kepala putik, dan kepala putik merupakan suatu alat yang dinamakan putik. Serbuk sari yang jatuh pada kepala putik lalu tumbuh merupakan buluh serbuk yang terus menuju ke bakal biji dan berguna sebagai perantara untuk menyampaikan sel – sel kelamin jantan kepada sel kelamin betina.
Gametofit lebih sederhana lagi. Dalam buluh serbuk sari tak terdapat sel – sel protalium, dan sel – sel kelamin jantan tidak lagi berupa spermatozoid. Dalam bakal biji, dari makrospora yang berupa kandung lembaga tidak terbentuk makroprotalium yang bersal banyak dan tidak ada pula arkegonium. Gametofit betina hanya berupa beberapa sel saja dan satu di antranya ialah sel telurnya. Sehabis peleburan dengan salah satu inti sperma, terjadilah embrio. Inti sperma yang kedua mengadakan peleburan dengan inti kandung lembaga sekunder yang nantinya akan merupakan putih lembaga sekunder. Peristiwa itulah yang disebut pembuluh ganda.
Berbeda dengan Gymnospermae yang terdiri dari atas tumbuhan yang berkayu saja. Angiospermae selain terdiri atas tumbuhan berkayu juga terdiri atas tumbuhan yang berbatang basah. Diferensiasi yang lebih lanjut tampak dari adanya trakea ( buluh daunnya bertulang menyirip atau menjari pada Dicptyledoneae ( tumbuhan biji belah ) dan bertulang sejajar atau melengkung pada Monocotyledoneae ( tumbuhan biji tunggal ). Bunga bermacam – macam bentuk dan susunannya. Pada bunga selalu terdapat bagian – bagian bunga yang tersusun berkarang, dan hiasan bunganya biasanya dapat dibedakan dalam kelompok dan mahkota atau tajuk bunga. Selanjutnya bunga itu kebanyakan bunga banci ( hermaphroditus ) , jadi padanya terdapat alat – alat kelamin jantan maupun betina. Sifat – sifat bunga seperti tersebut dapat dianggap sebagai “ tipe “ standar bunga tumbuhan yang tergolong dalam Angiospermae.


B.     DESKRIPSI GYMNOSPERMAE ( TUMBUHAN BIJI TERBUKA )
Tumbuhan yang termasuk golongan ini melulu terdiri atas tumbuhan – tumbuhan yang berkayu dengan bermacam – macam habitus. Bagian kayunya dari berkas – berkas pembuluh pengangkutan kolateral terbuka yang pada penampang melintang batang tersusun dalam suatu lingkaran, dan karena adanya kambium memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Dalam bagian xilem tidak terdapat pembuluh – pembuluh kayu, melainkan hanya trakeida saja dan di dalam bagian floem berlainan juga dengan tumbuhan  biji tertutup ( Angiospermae ) tidak terdapat sel – sel pengiring. Selain dari itu umumnya dalam batang tumbuhan biji terbuka tidak terdapat floeoterma. Sebagian perkecualian ialah Gnetum gnemon yang batangnya mempunyai floeoterma dan dalam bagian kayunya terdapat buluh – buluh kayu, tetapi sebaliknya tidak mempunyai buluh resin, yang lazim terdapat pada tumbuhan biji terbuka.
Daun mempunyai bentuk yang bermacam – macam, kaku dan selalu hijau di dalamnya berkas – berkas pengangkut yang tidak bercabang atau bercabang menggarpu.
Bunga menurut pengertian sehari – hari belum ada, kadang – kadang makrosporofil dan mikrosporofil masih terkumpul dalam jumlah yang tidak tebatas pada suatu sumbu yang panjang. Hiasan bunga tidak ada atau teredeksi. Mikrosporofil untuk sebagian masih mempunyai kantong sari yang besar dan banyak dan membuka dengan pertolongan eksoteriumnya, yaitu epidermis yang dapat bekerja sebagai suatu mekanisme kohesi. Bakal biji yang hanya mempunyai satu integumen terbuka, tidak seperti pada Angiospermae terbungkus dalam daun buah yang telah menjadi satu merupakan putik. Bakal biji itu langsung didatangi oleh serbuk sari yang dibawa oleh angin. Karena terbuka, jadi juga tidak terdapat kepala putik.
Gemetofit telah mengalami reduksi,tetapi belum begitu jauh seperti pada Angiospermae. Pembentukan gametofit betina terjadi dalam bakal biji dalam satu – satunya
 makrospora yang masih tinggal, karena dari 4 makrospora yang terdiri pada pembelahan tetrade juga pada Angiospermae merupakan kandungan lembaga. Meskipun seluruhnya dilingkungi jaringan nuselus, masih juga dapat dibedakan adanya membran ekso dan endosporium. Makrospora ini tetap dalam nuselus, mengadakan pembelahan inti yang bebas dan dengan terbentuknya dinding – dinding pemisah terjadilah sebuah makroprotalium yang bersel banyak. Makroprotalium ini pada bagian yang menghadap mikropil membentuk sejumlah arkegonium yang tidak tetap, yang terdiri atas suatu sel telur yang besar, sejumlah sel – sel dinding leher dan kadang – kadang juga suatu sel saluran perut yang dapat leyap.
Pembentukan gametifit jantan berlangsung sebagai berikut. Dalam serbuk sari atau mikrospora, mula – mula dipisahkan satu, dua, kadang – kadang beberapa sel yang menempel pada salah satu dindingnya. Sel – sel ini dianggap sebagai sel – sel protalium jantan yang segera akan mati. Sel yang masih ketinggalan lalu membagi diri. Yang satu kecil, terdapat dibagian atas dekat dengan sel – sel protalium yang telah mati tadi, dan dinamkan sel generatif atau swl anteredium, yang satunya lagi besar dan menyelubungi sel generatif. Sel ini disebut sel vegetatif. Setelah terjadi penyerbukan sel vegetatif lalu tumbuh menjadi buluh serbuk sari. Pertumbuhannya dimulai pada bagian serbuk sari yang tipis dindingnya dan memang tersedia sebagai tempat permulaan berkecambahnya serbuk sari. Sel generatif lalu membagi diri lagi menjadi sel tangkai yang berhadapan dengan sel protalium dan sel spermatogen. Sel spermatogen lalu membelah lagi menjadi dua sel sperma yang pada golongan Gymnospermae tertentu berubah menjadi spermatozoid, tetapi biasanya dengan tanpa perubahan ,di dalam serbuk sari bergerak menuju ke sel telur.
Sel generatif barangkali dapat disamakan dengan anteridium. Jadi gametofit jantan di sini terdiri atas beberapa sel protalium termasuk juga sel vegetatif, dan suatu anteridium. Sel tangkai juga dinamakan sel bersaudara, sel dinding atau dislokator.
            Setelah selesai pembuahan, dari zigot mula – mula terbentuk pro- embrio dan dari bagian bawah pro- embrio ini barulah terbentuk embrio yang sesungguhnya, yang terdapat didalam protalium yang telah menimbun zat – zat makanan yang dinamakan endosperm primer. Endosperm primer dinamakan demikian karena berlainan dengan pada Angiospermae. Endosperm terbentuk sebelum pembuahan. Sedangkan pada Angiospermae endosperm terjadi dari inti kandung lembaga sekunder yang dibuahi. Bunga betina atau seluruh bunga majemuk lalu menjadi buah dengan bengan bentuk sususnan yang khusus yag disebut “dennenappel” atau “ dennenkegel”, yang terdiri atas sebuah sumbu dengan sisik – sisik berkayu dengan biji – biji di dalamnya. Karena bentuknya seperti sebuah kerucut, badan itu disebut strobilus. Gymnospermae dibagi dalam sejumlah kelar yang sebagian telah punah.

C.     DESKRIPSI MONOKOTIL DAN DIKOTIL

                                I.            TUMBUHAN MONOKOTIL ( MONOCOTYLEDINEAE)

Kelas Monocotyledineae membawahi sejumlah bangsa dan suku tumbuhan yang warganya dianggap mempunyai tingkat  perkembangan filogenetik yang tinggi. Jenis- jenis tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini dapat dikenal berdasarkan ciri – ciri berikut :
Ciri – ciri morfologi : Berupa ternak, semak, atau pohon yang mempunyai sistem akar serabut, batang berkayu atau tidak, biasanya tidak atau tidak banyak bercabang – cabang, buku – buku dan ruas – ruas kebanyakan tampak jelas. Daun kebanyakan tunggal , jarang majemuk, bertulang sejajar atau bertulang melengkung, duduknya berseling ( mengikuti rumus  ) atau membentuk rozet. Bunga berbilangan 3, kelopak dan mahkota kadang – kadang tidak dibedakan dan merupakan tenda bunga. Buah dengan biji yang mempunyai endosperm, jarang tidak, lembaga mempunyai daun lembaga yang berubah menjadi alat penghisap makanan dari endosperm untuk lembaga sebelum dapat mencari makanan sndiri. Baik akar maupun pucuk lembaga dilindungi oleh suatu sarung pelindung akar lembaga disebut koleoriza, sadang pelindung pucuk lembaga dinamakan koleoptil. Pada waktu perkecambahan sarung yang merupakan pelindung tadi akan tertembus oleh organ yang dilindunginya.
Dari segi anatomi warga Monocotyledoneae mempunyai ciri – ciri : akar mempunyai struktur yang terdiri atas jaringan – jaringan primer saja dengan silinder pusat yang tergolong aktinostele dan endodermis yang pada penampang lintang jelas dapat dibedakan sel – sel yang menebal dan tidak dapat dilalui air dan zat – zat makanan yang terlarut didalamnya dengan sel – sel yang biasanya berhadapan dengan suatu berkas pembuluh kayu yang dindingnya tidak menebal dan merupakan pintu masuknya air dari bagian luar akar ke dalam berkas – berkas pembuluh pengangkut.
Karena tidak adanya kambium, akar tidak bertambah besar , tidak ada pembentukan jaringan baru, sehingga tetap mempunyai struktur yang primer. Juga dalam batang tidak terdapat kambium, sehingga pada batangpun hanya terdapat jaringan – jaringan primer saja, dan setelah batang mencapai ukuran tertentu, batang tidak dapat bertambah besar lagi. Pada penampang lintang batang endodermis tidak nampak dengan nyata, berkas – berkas pembuluh pengangkutannya bersifat kolateral tertutup dan pada penampang lintang batang tadi tampak berserakan, biasanya dari pinggir ketengah semakin jarang. Silinder pusat seperti pada Monocotyledoneae dengan berkas – berkas pembuluh pengangkutan yang berserakan itu disebut ataktostele.
Perkecualiaan atau penyimpangan dari ciri – ciri yang telah disebutkan itu terdapat pada berbagai jenis tumbuhan yang termasuk Monocotyledoneae, misalnya terdapat batang yang berkambium, bercabang – cabang tanpa ada buku – buku dan ruas – ruas batang yang jelas seperti terdapat pada warga suku Liliaceae ( Dracaena, Pleomela ), adanya daun – daun dengan susunan tulang – tulang menjari atau menyirip pada palma ( Palmae ). Sifat – sifat tersebut ditambah dengan ditemukannya sifat – sifat yang khas Monocotyledoneae ( bunga yang berbilangan 3 ) pada kelompok – kelompok Dicotyledoneae tertentu, oleh ahli – ahli taksonomi dipandang sebagai petunjuk yang kuat untuk menempatkan Monocotyledoneae sebagai kelompok tumbuhan yang secara filogenetik lebih maju dari pada Dicotyledoneae. Ahli – ahli taksonomi cenderung berpendapat bahwa nenek moyangnya Monocotyledoneae harus dicari  dari lingkungan Dicotyledoneae yang dianggap primitif yaitu dari lingkungan bangsa Ranunculales. Di perkirakan bahwa Monocotylenoneae tidak bersifat monofiletik tetapi polifiletik, mengingat beasrnya keanekaragaman yang diturunkan oleh warga Monocotyledoneae.
Mengenai urutan – urutan dalam sejarah perkembangan filogenetik bagi bangsa – bangsa yang tergolong dalam Monocotyledoneae, seperti halnya dengan berbagai masalah taksonomi ada pendapat yang berbeda – beda. Kita ikuti disini pendapat yang memulai dengan Helobiae ( Alismatales ) dan memilih Pandanales sebagai kelompok yang terakhir.

                             II.            TUMBUHAN DIKOTIL ( DICOTYLEDONEAE )
Tumbuh – tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini meliputi terna, semak – semak, perdu maupun pohon – pohon yang seperti yang telah disebutkan terdahulu dapat di kenal karena mempunyai ciri – ciri berikut :
Ciri – ciri morfologi :
1)      Seperti namanya telah menyabutkan tumbuh – tumbuhan ini mempunyai lembaga dengan 2 daun lembaga ( berbiji belah ) dan akar serta pucuk lembaga yang tidak mempunyai pelindung yang khusus.
2)      Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok ( akar tunggang ) yang bercabang – cabang dan membentuk sistem akar tunggang.
3)      Batang terbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang – cabang dengan ruas – ruas dan buku – buku yang tidak jelas.
4)      Duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang – kadang saja berseling.
5)      Daun tunggal atau majemuk, seringkali disertai oleh daun – daun penumpu, jarang mempunyai pelepah, helaian daun bertulang menyirip atau menjari.
6)      Pada cabang – cabang ke samping sering kali terdapat 2 daun pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median di kanan kiri cabang tersebut.
7)      Bunga bersifat di- ; tetra- ; atau pentamer.

Ciri – ciri Anatomi :

1.      Baik akar maupun batang mempunyai kambium, hingga akar maupun batangnya memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder.
2.      Pada akar sifat radial berkas pengangkutnya hanya nyata pada akar yang belum mengadakan pertumbuhan menebal.
3.      Pada batang berkas pengangkutan tersusun dalam lingkaran dengan xilem di sebelah dalam dan floem di sebelah luar, diantranya terdapat kambium, jadi berkas pengangkutannya bersifat kolateral terbuka, kadang – kadang bikolateral.
Perkecualian atau penyimpangan dari sifat – sifat tersebut di atas dapat kita jumpai di antra tumbuh- tumbuhan yang termasuk Dicotyledoneae, misalnya :
v     Tidak mempunyai sistem akar tunggang. Tumbuh – tumbuhan yang tergolong dalam suku Nymphaeaceae, Piperaceae
v     Daun – daun duduknya berseling, misalnya beberapa marga yang tergolong dalam suku Annonaceae
v     Tulang daun melengkung , suku Melastomataceae, Piperaceae
v     Bunga trimer, suku Annonaceae
Penyimpangan sifat – sifat anatomi pun terdapat misalnya berkas penyangkutan dalam batang tersebar , terdapat pada anggota – anggota suku Nymphaeaceae.
Dicotyledoneae dapat dibedakan dalam 3 anak kelas :
Monochlamyceae ( Apetalae ), Dialypetalae, dan Sympetalae, yang perbedaannya terletak dalam ada dan tidaknya daun – daun mahkota ( petalae )dan bagaimana susunan daun – daun mahkota tersebut. Sementara ahli hanya membedakan 2 anak kelas saja yaitu :
1.      Choripetalae yang meliputi Apetalae dan Dialypetalae.
2.      Sympetalae

D.    DESKRIPSI SPESIES

a.       Tales ( Cola cosiria esacu / eritum )
Tumbuhan ini tergolong famili Araceae dengan spesies Cola cosiria esacu / eritum. Memiliki daun berbentuk bulat telue, elips atau memanjang, ujung meruncing bergaris tua keunguan. Batang tangkai daun hijau. Akar rimpang dengan bunga berada di tengah – tengah antara daun dan daun. Buahnya berbentuk umbi yang berada ditengkul akar.
Manfaat dan Khasiat
Umbi talas, dan helaian daun bila dimasak lebih dulu dapat dimakan. Bubur talas dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi untuk makanan bayi dengan tingkat alergi yang rendah. Saat ini talas merupakan makanan pokok di banyak pulau termasuk Papua yang berpengaruh secara ekonomi pada permainan tradisional dan upacara adat.
Talas di Asia Tenggara dikonsumsi oleh manusia tetapi juga dapat dimanfaatkan dalam festival keagamaan, sebagai obat - obatan masyarakat dan sebagai makanan ternak babi. Di Jawa, permen dapat dibuat dari talas yang beraroma semerbak dicampur dengan kelapa dan gula. Daunnya digunakan untuk membungkus masakan buntil, dapat dimasak dan dimakan sebagai selada.
Awalnya talas di Filipina digunakan pada saat makanan pokok dan sayuran hijau mengalami penurunan pasokan. Di Hawai dan beberapa bagian Polynesia, umbi talas dikukus dan dihaluskan untuk dibuat pasrta dan dapat diolah untuk puding.
b.      Babandotan ( Ageratum conyzoides L )
Tumbuhan ini tergolong famili Asteraceae / compositae dengan spesies Ageratum conyzoides L. Merupakan tumbuhan dikotil. Memiliki daun berwarna hijau , daun bawah berhadapan dan bertangkai pendek helaian daun bulat telur. Akarnya tunggang. Bunga memiliki dasar bunga bersama tanpa sisik ,bunga sama panjang dengan pembelut.
Di Bogor, babadotan dikenal luas sebagai obat luka. Menurut Heyne , daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum.
Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina
c.       Pinus

Tumbuhan ini tergolonga famili Pinaceae. Memiliki daun berbentuk jarum, tiap ketiak ada daun, ujung daun tajam. Bijinya terbuka. Pada pangkal daunnya dikelilingi oleh suatu sarum dan sisik yang berupa selaput tipis. Biji pipih berbentuk bulat telur.
Manfaat pohon pinus:
Dari Pohon pinus sebenernya yang di ambil adalah getahnya,dan getah pinus itulah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di banding bagian pohon lainnya.Pohon Pinus di anggap produktif kalau sudah berumur sekitar 10 sampe 15 tahun namun itu masih belum maksimal tapi sudah bisa di hasilkan getah yang bagus walaupun hasilnya tidak begitu banyak, memperkuat tenaga, menghilangkan keletihan, Merupakan “ kosmetik oral“ alami; Melindungi jantung, mencegah penyakit pembuluh darah jantung; Meningkatkan imunitas tubuh, mencegah berbagai penyakit menular dan tumor; Memperkuat fungsi pencernaan, menambah napsu makan; Memperlambat penuaan; Meningkatkan pertumbuhan anak-anak yang sehat; Timbulnya penyakit saluran pencernaan dan menurunnya fungsi penyerapan pada sistem pencernaan;  Diabetes; Anemia; Alergi; Penyakit liver.
d.      Mangga
Mangga atau mempelam adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica.
Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.
Nama buah ini berasal dari Malayalam maanga. Kata ini dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti: “(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India”.
Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam. Buah ini dikenal pula dalam berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh.
Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.
Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm.
Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset).
Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga:
*         Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
*         Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
*         Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
*         Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.
Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.


Bunga

Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.
Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.
Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.
Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

Buah

Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang (mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada bagian yang runcing yang disebut paruh. Di atas paruh ada bagian yang membengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan ke bagian perut.
Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional.

Hasil dan kegunaan

Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging.
Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.
Daun mangga mengandung senyawa organik tarakserol-3beta dan ekstrak etil asetat yang bersinergis dengan insulin mengaktivasi GLUT4, dan menstimulasi sintesis glikogen, sehingga dapat menurunkan gejala hiperglisemia.




















DAFTAR PUSTAKA

·        Duke. J.1983. Handbook of Energy Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
·        http://www.learn2grow.com/exploration of plants. Diakses tanggal 18 Juni 2009
·        Hidayat, Estiti,B. 1995. Anatomi  Tumbuhan Berbiji. ITP: Bandung.
·        Tjitrosoepomo, Gembong. 1988. Taksonomi Tumbuhan ( Spermatopyta ).
Gadjah Mada University Press. Jogyakarta.
·        Tjitrosoepomo, Gembong. 1979. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
·        Steens, C. 1981. Flora. PT. Prodnya Paramita. Jakarta  Pusat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar